Kamis, 13 Maret 2014

Homeostasis

Homeostatis adalah keadaan dalam tubuh suatu makhluk hidup yang mempertahankan konsentrasi zat dalam tubuh, khususnya darah agar tetap konstan. Sehingga homeostasis merupakan mekanisme pengaturan untuk mempertahankan kestabilan internal tubuh. Kata stabil dalam homeostasis ini tidak sama dengan kaku namun stabil tersebut dapat bervariasi dalam limit atau batasan tertentu serta merupakan suatu proses yang dinamis. Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali hal yang dapat mempengaruhi atau mengubah lingkungan eksternal tubuh. hal itu akan berdampak pada gangguan pada struktur dan fungsi tubuh. Oleh karena itu diperlukan suatu sistem yang dapat menjaga agar semuanya dapat kembali pada bentuknya semula. Disinilah homeostasis berperan. Melalui berbagai mekanisme umpan balik baik negatif maupun positif, tubuh akan berusaha secara maksimal untuk menanggulangi keadaan tersebut.
Suatu kondisi dimana tekanan darah berada diatas normal disebut dengan hipertensi. Hipertensi sering disebut sebagai the silent disease. Umumnya penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Hipertensi dikenal pula sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang siapa saja dari berbagai kelompok umur dan kelompok sosial ekonomi (Astawan, 2003). Hipertensi adalah suatu penyakit yang tidak menimbulkan gejala (asimptomatik). Apabila tidak terkontol maka akan menyebabkan terjadinya gangguan pada organ-organ tubuh, seperti otak, jantung, ginjal, retina, aorta dan pembuluh darah tepi (Santoso, 1989).
Dalam keadaan hipertensi, tubuh akan melakukan regulasi homeostasis agar kondisi tekanan darah normal kembali. Seseorang dikatakan menderita hipertensi, apabila tekanan arteri rata-ratanya lebih tinggi daripada batas atas yang dianggap normal. Apabila dalam keadaan istirahat tekanan arteri rata-rata lebih tinggi 110mmHg (normal dianggap sekitar 90 mmHg) maka hal ini dianggap hipertensi. Nilai tersebut terjadi bila tekanan darah diastolik lebih besar dari 90 mmHg dan tekanan sistolik lebih besar dari kira-kira 135-140 mmHg. Pada hipertensi berat, tekanan arteri rata-rata dapat meningkat sampai 150 hingga 170 mmHg, dengan tekanan diastoliknya setinggi 130mmHg dan arteri sistoliknya kadang sampai setinggi 250 mm Hg (Guyton dan Hall). 
Berdasarkan gambar diatas dapat dijalaskan bahwa keadaan homeostasis tubuh dapat mengalami gangguan yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti : stress fisik (trauma, suhu yang tinggi) perubahan kimia (penurunan O2 atau pH, peningkatan CO2 atau prostagladin) dan peningkatan aktivitas jaringan. Gangguan homeostasis tersebut akan mengakibatkan tekanan darah dan aliran darah berkurang pada jaringan, sehingga akan merangsang autoregulasi lokal.
Pada saat terjadi gangguan homeostasis akibat terjadi peningkatan volume darah dan tekanan darah, maka peranan peptide natriuretik atrium (ANP = atrial natriuretic peptide) sangat penting dalam mengembalikan volume darah dan tekanan darah kembali normal. ANP merupakan protein yang di produksi oleh sel-sel otot jantung pada dinding atrium kanan pada saat diastole (Martini, 2001). Jadi, ANP dikeluarkan pada saat volume darah meningkat dan atrium jantung meregang secara berlebihan. ANP memasuki sirkulasi dan bekerja pada ginjal untuk menyebabkan sedikit peningkatan GFR dan penurunan reabsorpsi natrium oleh duktus koligentes. Kerja gabungan dari ANP akan menimbulkan peningkatan eksresi garam dan air yang membantu mengkompensasi kelebihan volume darah (Guyton dan Hall, 1997). ANP dapat menurunkan volume darah dan tekanan darah dengan beberapa cara yaitu meningkatkan ekskresi ion sodium pada ginjal, meningkatkan pengeluaran air dengan menaikkan volume urin yang diproduksi, mengurangi rasa haus, menghambat pelepasan ADH, aldosterone, epinephrine dan norepinephrine serta menstimulasi vasodilatasi peripheral. Pada saat volume darah dan tekanan darah menurun ANP tidak di produksi oleh dinding atrium (Martini, 2001). 
Dalam kasus hipertensi ini, mekanisme homeostasis ini melibatkan adanya feedback negatif, yang mana hasil dari feedback negatif ini adalah merubah suatu deviasi / penyimpangan terhadap set point ke arah sebaliknya atau bisa dikatakan normal kembali. Komponen mekanisme homeostasis pada penderita hipertensi oleh protein ANP terdiri atas variabel, sensor (reseptor), integrator, set poin dan efektor. Variabel pada kasus hipertensi ini adalah tekanan darah yang berada diatas normal, sehingga didapatkan bahwa set pointnya berkisar antara 90 – 110 mmHg, pada kondisi tersebut tekanan darah bisa dikatakan normal. Sensor (reseptor) yaitu untuk mendeteksi perubahan variabel dan mengirimkan informasi tersebut ke pusat kontrol. Pada kasus hipertensi, sensor bisa dikatakan sebagai gejala atau tanda yang menjadi indikasi awal terjadinya peningkatan tekanan darah diatas normal. Biasanya, orang yang terkena hipertensi ditandai dengan sakit kepala atau pusing yang disebabkan oleh stress fisik (trauma, suhu  yang tinggi) perubahan kimia (penurunan O2 atau pH, peningkatan CO2  atau prostagladin) dan peningkatan aktivitas jaringan. Dalam semua sistem yang menjadi integrator adalah otak yaitu hipotalamus. Hipotalamus memerintahkan jantung untuk memproduksi protein ANP (atrial natriuretic peptide). ANP merupakan protein yang di produksi oleh sel-sel otot jantung pada dinding atrium kanan pada saat diastole yang sangat penting dalam mengembalikan volume darah dan tekanan darah kembali normal. ANP bekerja pada ginjal untuk menyebabkan sedikit peningkatan GFR dan penurunan reabsorpsi natrium oleh duktus koligentes. Hasil Kerja gabungan dari ANP akan menimbulkan peningkatan eksresi garam dan air yang membantu mengkompensasi kelebihan volume darah, inilah yang menjadi efektor dalam komponen mekanisme homeostasis pada kasus hipertensi ini yaitu volume urin yang diproduksi semakin banyak dikarenakan ANP meningkatkan ekskresi ion sodium pada ginjal.
Homeostasis pada kasus hipertensi ini melibatkan mekanisme pengaturan melalui ginjal. Dalam hal ini ginjal berfungsi melalui dua mekanisme penting, yaitu mekanisme hemodinamik dan mekanisme hormonal. Bila tekanan arterinaik melewati batas normal, tekanan yang besar dalam arteri renalis akan menyebabkan lebih banyak cairan yang disaring sehingga air dan garam yang dikeluarkandari tubuh juga meningkat. Hilangnya air dan garam akan mengurangi volume darah dan sekaligus menurunkan tekanan darah kembali normal.